top of page

The Expenseless of Nikah, The Way to Barakah

  • Writer: Nov
    Nov
  • Jul 23, 2018
  • 10 min read

Updated: Jul 27, 2018

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Credit to pinterest

Definisi barakah menurut saya adalah ketika kita bisa melangsungkan sebuah acara sakral seperti nikah, namun tanpa tak mengindahkan tujuan dasar dari acara itu sendiri. Tujuan yang dimaksud adalah ijab&qabul, dan men-syi'arkan tentang status baru kita tersebut kepada tetangga kanan dan kiri. Lantas, maksud dari judul ini bukan memberi argumen atau teori baru, bahwa yang murah pasti yang barakah. Bukan. Tapi memberitahukan bahwa memang segitulah kemampuan saya dan suami agar dapat bersegera membina rumah tangga :) Jadi, intinya, barakah itu juga terletak pada kemampuan.

Bahwa boleh saja setiap orang, khususnya di Indonesia, menganggap bahwa pernikahan yang terjadi sekali dalam seumur hidup ini (insha Allah), sepantasnya mendapat perhatian lebih, baik dari sisi mental, maupun finansial. Banyak dari kita berharap bahwa pernikahan menjadi momen yang tak terlupakan. Itu sangat wajar dan manusiawi. Namun sekali lagi, ini karena masalah kemampuan :)

Well, segimanapun besarnya acara yang kita buat, kalau kita bisa tetap bersyukur dan merasa cukup, everything is gonna be okay, guys!


Tak kurang dari 35juta, biaya yang saya keluarkan untuk pernikahan 24 Juni 2018 lalu. Di antaranya terdapat 2 komponen utama, yaitu fixed cost, dimana setiap orang mau itu berbeda suku, adat, dan budaya, akan tetap mengeluarkan biaya tersebut. Selanjutnya variable cost, yaitu biaya yang secara umum dikeluarkan setiap orang, namun bisa saja dihilangkan karena perbedaan suku, adat, budaya, atau memang 'ikhlas' untuk ditiadakan, atau biaya yang jumlahnya bisa sangat berbeda untuk setiap orang karena 'takaran-takaran' tadi.

Sebelum dipaparkan lebih lanjut, ada baiknya saya ungkapkan, kenapa konsep pernikahan sederhana ini secara penuh saya dan suami ambil. Berikut adalah alasan-alasan yang mungkin paling masuk akal:

  • Persiapan kami hanya dilakukan lebih-kurang 7 bulan, dari bulan November 2017 hingga Juni 2018. Dari mulai kami berkomitmen untuk menabung, melaksanakan khitbah, menikah, dan berumah tangga.

  • Tidak berharap akan dibantu oleh orang tua, kakak, dan kerabat, karena disadari bahwa saya dan suami memang tidak berasal dari keluarga yang berada. Kami sama-sama berkomitmen untuk tidak membuat pusing orang tua. Terlebih, saya sendiri sedang berkuliah di salah satu universitas negeri yang tiap semesternya membayar biaya yang tidak sendikit, dan suami memiliki adik-adik yang masih kecil. Jadi kalau seandainya dirasa sedang memiliki keuangan yang lebih-pun, kami akan memprioritaskan hal-hal tadi ketimbang menambah konten pernikahan kami.

  • Jarak kampung halaman antara saya dan suami sangat jauh. Lumajang (Jawa Timur) - Karawang (Jawa Barat). Entah memilih kendaraan darat, laut, ataupun udara, tetap saja hal itu memakan biaya yang sangat besar. Oleh karena perihal jarak tidak dapat ditawar kondisinya, maka sudah pasti hal ini menjadi lebih urgent daripada konten tambahan dalam pernikahan.

  • Menerapkan konsep 'anti-kondangan'. Sejak awal, pihak keluarga saya di Lumajang sudah sejak lama berencana untuk tidak menerima satupun amplop kondangan, atau dalam bahasa jawa disebut dengan 'buwuh'. Dalam acara ini, kami berprinsip hanya ingin mengundang sanak saudara dan tetangga untuk benar-benar terlibat dalam makna 'ikut berbahagia' tanpa mereka harus merogoh kocek. Di Jawa, tradisi kondangan ini tidak pernah luput dari makna 'balas-membalas', yang berarti ketika kita memiliki acara, orang yang pernah kita kondangin, wajib untuk kondangan ke acara kita. Karena jika tidak, maka mereka harus mau menangggung malu seumur hidup, atau selama tidak ada lagi acara yang diadakan oleh keluarga pengundang, karena satu keluarga, belum tentu akan merayakan pernikahan kedua, ketiga, dst dalam jangka waktu yang singkat. Memang, ini tidak mudah diterapkan dalam masyarakat. Dibutuhkan ketegasan dan edukasi dengan bahasa yang sejelas-jelasnya, atau kemampuan menolak secara halus jika terdapat orang yang tetap ngotot ingin memberikan amplop.

  • Resepsi dilakukan secara tertutup, yaitu tidak banyak orang yang diberi undangan secara formal. Alasan kuatnya adalah karena antara saya dan suami bekerja di Jakarta, dan teman-teman kebanyakan berasal dari Jakarta dan Jawa Barat. Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa akan ada banyak orang yang tidak datang. Lalu apa kabar dengan teman SD, SMP, dan SMA saya? Jawabannya sama saja, akan sangat mungkin juga mereka tidak datang saat acara. Alasannya karena biasanya, saya memang berhalangan hadir ketika mereka mengadakan acara pernikahan juga.

  • Walau resepsi tertutup, namun saya dan keluarga tetap merencanakan untuk mengundang sanak saudara dan tetangga dalam acara yang kedua, yaitu walimahan, atau dalam tradisi Jawa, walimahan ini berbentuk syukuran, dengan jumlah undangan yang terukur, dan berkatan/bingkisan yang bisa kita sesuaikan pula. Dalam acara ini, sangat jarang akan ada orang yang melewatkan. Tidak hanya itu, walimahan juga merupakan acara inti kedua setelah ijab&qabul, yaitu bersama-sama memanjatkan doa dan melakukan syi'ar, atau membiarkan orang lain tahu akan status baru kami.

  • Kebutuhan setelah pernikahan yang tergolong highly-hidden-fixed cost. Bagaimana tidak, setelah 'bersenang-senang' ini, kita tidak serta merta terbebas dari acara rencana-merencanakan. Sandang, pangan, dan papan adalah 3 hal primer yang tidak mungkin di tawar, apalagi dalam kondisi saya dan suami adalah murni orang perantau, yang tidak memiliki rumah/tanah di Jakarta. Poin ini juga merupakan poin terpenting yang melandasi prinsip berhemat saya dan suami hingga saat ini.

  • Survey pendapat sejumlah teman-teman dan saudara yang sudah terlebih dahulu melakukan pernikahan dengan konsep mewah. Sekitar 10 orang kami tanyai, dan ke-10 orang tersebut memiliki pendapat yang sama. Biaya yang rata-rata mereka kumpulkan dalam waktu setahun, dan rata-rata dari 60 hingga 100 juta yang mereka keluarkan, semuanya habis tanpa sisa, bahkan tidak ada sisa untuk membayar kontrakan, yang notabenenya adalah hal paling krusial setelah pernikahan dilakukan. Fix! Kami belajar banyak dan mantap tidak mengikuti konsep ini.


Finally, kami mantap dengan konsep terakhir yang kami pilih, pernikahan sederhana.

Berikut ini adalah beberapa expenses yang kami keluarkan, dan akan saya bedakan menjadi 3

bagian penting:

Fixed Cost

  • Surat menumpang menikah untuk suami. Sesuai fakta, menikah berbeda provinsi mengharuskan kami mengurus semacam Surat Keterangan Menumpang Menikah dari Karawang ke Lumajang. Hal ini harus dilakukan paling lambat H-1 bulan lebih 1 minggu, dengan prediksi surat tersebut akan selesai dan siap dikirimkan ke Lumajang dalam waktu 1 minggu, dan dapat didaftarkan ke KUA di H-1 bulan. Untuk biaya pengurusan, biasanya tergantung dari tempat pengurusan masing-masing. Tapi sudah jarang sekali saya dengar tentang adanya pungli dalam pengurusan surat semacam ini. Kalaupun ada, mungkin berkisar di bawah Rp.100 ribu saja.

  • KUA dan segala pengurusannya, memakan biaya total Rp.900 ribu. Mengapa sebesar ini? Hal itu karena saya menyerahkan pengurusan kepada petugas setempat di desa (yang memang biasa mengurus masalah ini), dan 'terima bersih' saja. Dalam hal ini saya dan suami memang tidak dapat mengikuti penyuluhan pra-nikah di kantor KUA pusat kab. Lumajang karena waktu dan tempat.

  • Pas Photo, 2x3, 3x4, dan 4x6. Akan lebih hemat jika teman-teman memiliki printer sendiri, atau digabung dengan paket undangan yang dicetak.

  • Mahar/Mas Kawin/Sri Kawin. Perempuan boleh meminta apapun sebagai syarat dinikahi oleh calon suaminya, namun sebaik-baik mahar adalah yang tidak memberatkan. Disini saya ingin menekankan bahwa dengan seperangkat alat sholat saja, atau dengan uang tunai saja, kita sudah bisa menikah dengan lulus syarat sah. Saya sendiri bingung, saat suami bertanya, "Dek, kamu nanti mau dikasih mahar apa?", saya malah jawab, "Engga usah, lah" :D Ini tergantung calon suami teman-teman juga, sih. Katanya, mahar juga menandakan harga diri mereka. Bukan mahalnya, tapi antusias dalam memenuhinya. jadi mahar 200 juta tunai dengan mahar 100 yen yang harus diambil langsung dari Jepang, nilaninya mungkin tetap sama :D Alhamdulillah, suami memberi saya mas kawin seperangkat alat sholat, dan emas sekitar 15gr, dan perlengkapan lain yang jika di total mencapai 12juta. Selain daripada itu, saya juga ingin sedikit membahas mitos yang ada di kampun saya, dimana banyak orang yang tidak mau memberikan mahar seperangkat alat sholat, karena hal itu diyakini dapat memberatkan suami di akhirat. Padahal, terlepas dari ada atau tidaknya mahar berbentuk alat sholat, tanggung jawab utama suami memang hal keduniaan dan akhirat si istri. Justru dengan mahar ini, istri diharapkan tidak main-main dan ikut juga bertanggung jawab, karena merasa diberikan 'titipan' atau amanah dalam beribadah.

  • Undangan pernikahan. Saya dan suami hanya memilih undangan cetak seharga Rp.1,300 per-lembarnya, dan sudah termasuk dengan plastik pembungkusnya. Alhamdulillah, kami juga menemukan percetakan yang mau mencetak hanya 100 lembar saja. Oleh karena itu, kami hanya menghabiskan sekitar Rp.200ribu dari harga kotor pencetakan, pengiriman dan pemasangan label nama.

  • Souvenir. Poin ini sebetulnya tidak terlalu memakan biaya yang besar, karena kami berdua hanya batasi harga souvenir maksimal Rp.10ribu saja. Kami melakukan pencarian di beberapa e-commerce terkemuka di Indonesia seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Lazada. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk membeli dompet koin lucu berbentuk kepala kucing, dan juga lap handuk berbentuk kepala-kepala hewan lucu. Jumlah total souvenir yang kami beli adalah sekitar 50 buah. Lebih hemat lagi kalau kita bisa melakukan negosiasi untuk permintaan bonus karena telah membeli banyak pada toko lewat jaringan pribadi :) So, jadi untuk keperluan ini kami menghabiskan biaya sekitar Rp.500ribu, berikut souvenir, biaya ongkir, dll.

  • Prasmanan. Mungkin saya sendiri tidak dapat membuktikan secara matematis, bahwa ternyata mengurusi sendiri masalah konsumsi akan benar-benar save biaya dengan besar. Dan jangan berpikir bahwa hal ini sangat rumit. Saya sendiri saat itu sedang padat-padatnya perkuliahan, tidak berada di kampung dimana nanti acara akan diadakan disana, dan juga padat-padatnya bekerja. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana saya bisa meluangkan waktu untuk memikirkan hal ini. Namun jangan beranggapan bahwa kita bisa memikirkannya sendiri. Tetap kita harus melakukan survey, membaca, dan meminta pendapat orang tua serta kerabat. Dalam poin ini, saya ingin menegaskan, bahwa sangat penting kesabaran dalam mempersiapkan konsumsi, karena sebenarnya, kita tidak menguasai terlalu dalam, apa saja yang dibutuhkan, dan berapa harga yang harus kita sisihkan. Untuk itu, siapkan gadget (laptop/tablet/HP), kunjungi orang tua atau kerabat yang berpengalaman, tanyai mereka mengenai makanan yang umum disajikan dalam acara semacam ini, tanyai sedetail-detailnya bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan sajian tersebut, dan catat baik-baik! Jadi, pastikan kita telah selesai terlebih dahulu mendaftar makanan apa saja yang ingin disajikan, baru kemudian mulai merinci bahan-bahannya (serta kuantitasnya), dan perkiraan harga masing-masing komponen. Sebagai tambahan, simpan dokumen tersebut pada server cloud seperti dropbox atau google drive! Hal itu untuk mengantisipasi file yang hilang, dan juga kita bisa berkolaborasi dengan banyak pihak yang ingin membantu serangkaian acara ini, minimal kita sendiri dan calon suami/istri kita :)

  • Walimahan. Tidak jauh dari gambaran mempersiapkan prasmanan, saya juga merinci sendiri bahan-bahan untuk syukuran di acara walimahan. Tradisi Jawa mengharuskan paling tidak ada 1). makan pembuka (saat undangan menunggu penceramah), 2). makan jalan (saat setelah ceramah dan doa bersama selesai), dan 3). berkat/makanan yang dibingkiskan.

  • Konsumsi harian keluarga dan kerabat. ini mutlak harus diperhatikan! Kita harus secara rinci dalam mempersiapkan poin ini, karena ini berhubungan dengan masalah konsumsi orang lain, dimana sebagian mereka adalah pendatang/tamu juga. Saya disini bahkan sudah menentukan, berapa hari kita harus menjamu mereka, berapa kali dalam satu hari kita harus menjamu mereka, makanan apa saja yang kita perlu berikan di saat-saat yang sudah ditentukan tadi, dan bahan-bahan apa saja yang perlu dibelanjakan untuk masing-masing makanan yang sudah ditentukan sebelumnya, dan terakhir menentukan jadwal belanja bahan-bahan tersebut. Jangan sampai satu poin saja terlewatkan, karena akibatnya bisa sangat fatal. Jadwal belanja juga menjadi poin yang sangat penting mengingat di kampung, tidak semua hari terdapat pasar yang buka, dan tidak semua tempat memiliki supermarket. Berbelanja di pasar tradisional juga dapat digunakan sebagai pilihan, karena biasanya kita bisa langsung membeli bahan-bahan pada tengkulak, tanpa mendapat harga dari middle-man terlebih dahulu. Setidaknya, ada 6 kali jadwal makan yang saya siapkan selama tamu berada di rumah, dengan menu yang berganti-ganti.

  • Kendaraan Karawang-Lumajang-Karawang. Mungkin ini adalah part paling memakan biaya, karena memang Karawang-Lumajang dalam sisi kendaraan tidak dapat diperhitungkan dengan mudah begitu saja. Biaya kendaraan dalam hal ini adalah biaya dari Karawang ke Jakarta (St. Pasar Senen), St Pasar Senen ke Malang, dari Malang ke Lumajang, Lumajang ke Surabaya (Bandara), Surabaya ke Jakarta, Soetta/Jakarta ke Karawang lagi.

Variable Cost

  • Pelaminan. Bagi saya, pelaminan ini bukanlah hal yang krusial atau harus ada saat pernikahan saya, karena sejatinya bisa melangsungkan ijab&qabul di dalam masjid saja sudah lebih dari cukup. Namun alhamdulillah, kemurahan Alloh benar-benar besar kepada pernikahan kami. Tidak lupa saya haturkan terima kasih yang sangat besar kepada kakak-sepupu saya, yaitu keponakan alm. bapak saya, yang memiliki rekanan vendor/EO pernikahan. Dari sini saya mendapat kemudahan dan harga yang murah dalam menyewa pelaminan. Saya hanya perlu membayar 6 juta dari total bersih pelaminan, rias pengantin, 3 pasang baju pengantin pria-wanita, tenda, dan kursi. Untuk tambahan, saya membayar 750ribu sebagai biaya foto dan video pernikahan, yang nantinya lengkap saya dapatkan berupa shoft-copy dan 2 set album foto (hard copy).

  • Baju Pengantin. Saya sebutkan lagi poin ini karena saya juga merancang sendiri baju pengantin saya. Karena rata-rata baju yang disediakan oleh vendor ini tidak memiliki model yang syar'i. Untuk itu, ada biaya tambahan dalam membeli kain. Namun, saya tetap dapat meminimalisir biaya karena membeli kain secara langsung di tanah abang (jakarta), dan kebetulan ibu saya adalah seorang penjahit profesional. Setidaknya saya menghabiskan biaya 700ribu untuk pembuatan baju ini.

  • Sepatu. Pihak vendor sebenarnya sudah menyediakan sepatu pengantin sendiri. Namun, saya juga terbilang orang yang perfectionist, jadi saya juga membeli sepatu pribadi untuk digunakan saat akad dan resepsi.

  • Baju seragam keluarga. Untuk meminimalisir biaya, saya juga mengkonsep baju seragam untuk keluarga yang digunakan dalam acara ini. Saya beli sendiri ke tanah abang kain yang kira-kira dibutuhkan, serta mempercayakan pengukuran baju kepada ibu saya. Dari rencana hanya memberikan kepada 11 orang, namun baju yang jadi mencapat 16 stel. Diluar dugaan, banyak orang yang kebagian :)

  • Website untuk e-invitations. Karena saya kebetulan berprofesi sebagai seorang programmer juga di badan pemerintahan, saya memutuskan untuk membuat sendiri wedding invitations dengan konsep digital. Hal ini bertujuan untuk menambah nilai lebih pada acara ini. Temen-temen bisa mengunjungi https://novidaamjad.asia untuk sekedar tahu seperti apa website yang saya buat tersebut. Website seperti ini juga memiliki fungsi untuk meletakkan segala informasi yang ingin kita share kepada orang lain secara lengkap tanpa harus memakan tenaga, waktu, dan biaya lebih.

  • Pembatas buku sebagai souvenir pada undangan. Karena saya lupa memberikan informasi website pada undangan cetak, maka saya memiliki ide untuk membuat sebuah pembatas buku yang juga saya selipkan pada undangan cetak. Pembatas buku tersebut kira-kira sbb:



  • Hangtag souvenier. Sebagai pemanis saja dalam isi souvenir yang seadanya tersebut, saya tambahkan lagi hangtag untuk kartu ucapan terima kasih, yaitu sbb:


  • BULAN MADU. Ini juga tidak harus kita lakukan, karena dimanapun kita berada, selama kita bersama suami/istri kita, maka jadikan itu sebagai momen terbaik kita :) Alhamdulillah, memang benar, rizki yang berlimpah begitu derasnya berdatangan pada kami setelah menikah. Alhasil saya dan suami bisa tetap liburan ke Bali, selama 4 hari 3 malam dengan biaya hanya 4 juta saja. Kami mendapat paket menginap dan pesawat dari Traveloka sebesar 3.5 juta, dan 400ribu untuk biaya charter mobil. Mobil ini kami gunakan untuk bepergian keliling Bali. Faktanya, dalam sehari kami bisa pergi ke tempat-tempat seru di bali, dan mengajak orang lain pula. Kami telusuri Kute, Tabanan, Bedugul, kembali lagi ke Tanah Lot, dan terakhir ke Kute lagi. Dengan biaya tersebut, hampir pasti membuat kami tidak percaya :D Kalau mau teliti, mungkin teman-teman bisa mendapat paket yang lebih murah lagi, asal mau bersabar untuk mencarinya. Hehe.

Yang memiliki hobi lain, pekerjaan yang lain, dan ada hubungannya dengan hasta karya, pernikahan kita bisa tetap terlihat indah jika kita bisa tuangkan ide dari hal-hal tersebut dengan konsep yang matang. Intinya, pernikahan kita adalah acara kita sendiri. Jangan segan-segan jika itu dirasa dapat menambah nilai :)


Di akhir, saya ingin berterima kasih pula kepada keluarga dan sanak saudara. Dari pernikahan ini, yang awalnya dirancang sebagai acara 'anti kondangan'. tapi pada kenyataannya banyak sekali saya menerima bantuan finansial dari mereka. Dari mulai bapak-ibu, kakak yang ada di Jerman, 2 orang om dari suami, teman-teman BPK, Kepala Biro TI BPK, teman-teman suami di kantornya (Backer Mckenzie), anak-anak didik JTK En-code, anak-anak didik di kampung, Adrianus Galang, Anita Shella Shufa, Batra, Ka Izal, Ka Oki dan istri, Yanti, Tiofani, Mita, Rangga, Siti, INV Band SMA N Candipuro, Kirana. Bantuan tenaga yang luar biasa dari Mbak Ni, mas Bambang, Mbak Jijah, Risal, Jeffry, Agus, Mbak Ninik, tetangga-tetangga yang 2 hari 1 malam suntuk membantu memasak dan membuat kue, semua keluarga dari bapak tiri saya yang begitu hangat dan luar biasa tenaga dan fokusnya.

Berkat mereka semua juga, alhamdulillah, H+2 hari, semua tanggungan yang berhubungan dengan pernikahan ini telah LUNAS, tanpa hutang serupiah-pun :')

Semoga pernikahan ini berkah, dan bisa menjadi contoh baru bahwa melangsungkan pernikahan tidak harus membabi buta mahalnya, dan ke depan nilai-nilai ini bisa tetap diterapkan dalam kehidupan rumah tangga. Aamiin.


Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 
 
 

Recent Posts

See All
Living Dolls

We are living in the same world, 僕と君答えはないけど 運命の出会い佐伯誰かの決め事で If I can touch your heart, I can tell how you feel 全て作られている気がして 名もなき人僕以外は...

 
 
 

Comments


bottom of page