top of page

Winning the self-conceit!

  • Writer: Nov
    Nov
  • Feb 6, 2018
  • 3 min read



Hari itu, tanggal 23 Maret 2016, diumumkannya timku, RAMAYANA dari Indonesia sebagai Juara 3 atas konten presentasi dengan tema Kaizen se-Nippon Steel Solutions Corporation Group di Tokyo, Jepang. Jujur, kaget sekali menerima kenyataan tersebut, karena semua orang tahu akan kelebihan-kelebihan Negara lain, seperti Thailand, Singapura, Jepang, terlebih China, yang saat itu materi yang mereka bawakan sangatlah bergengsi, yaitu TAG pada Internet of Everything (IoT), yang baru-baru ini juga aku minati dan bermimpi suatu saat bisa terjun ke dalam proyek mereka. Tidak hanya itu, kemampuan Bahasa Inggris dan cara presentasi mereka yang attractive tak kunjung bisa diterima jika mereka kalah melawan kami, yang hanya improve di dalam Software Development Process saja.

Tapi di luar itu, ada beberapa poin, mengapa timku, khususnya 2 tim dari Indonesia yang lolos di 3 besar sekaligus, menang dalam kompetisi bergengsi ini. Salah satunya adalah mudahnya audience untuk mengerti penjelasan dari kami akan background, root cause, problem solving, target, next plan dan kesimpulan. Beberapa teman dari Negara lain yang memberi selamat pada kamipun setuju akan hal itu, dan mereka tidak bermasalah tentang penilaian juri tersebut. Sungguh sikap ksatria yang jarang aku temui di negaraku sendiri!

Fakta yang aku garis bawahi saat Global Exchange Meeting kemarin adalah, mereka semua (selain Indonesia) benar-benar takjub atau tidak berekspektasi bahwa Bahasa Inggrisku, Bahasa Inggris teman-teman setim dari Indonesia sangatlah bagus. Oh ya?

Ya! Bahkan yang menurutku atau orang Indonesia bilang kemampuan Bahasa inggris yang ecek-ecek sekalipun akan tetap mereka apresiasi. Karena mereka membandingkan kemampuan orang lain dengan kemampuan mereka sendiri, tidak seperti orang Indonesia, yang kebanyakan membandingkan kemampuan orang lain dengan kemampuan orang lain yang lebih ahli lagi. Jadi intinya, dalam hal ini mereka punya perspektif yang lebih baik, dan sangat baik untuk diteladani.

Selanjutnya, tentang cost, improvement yang kami presentasikan memang berdampak pada cost yang reduced increasingly. Sedangkan jika ingin mengimplementasi TAG, sudah pasti banyak biaya yang dibutuhkan, walaupun pekerjaan mereka kedepan akan sangat terbantu. Improvement kami lebih realistis di waktu yang singkat dan cost yang sedikit, sedang mereka mungkin tidak seperti itu. Jadi intinya, orang Jepang menilai sebuah proses improvementtidak hanya dampak jangka panjang, tapi juga jangka pendek, dengan detail dan menyeluruh.

Tapi ada satu hal yang sampai sekarang masih mengganjal, bukan karena hanya mendapat juara 3, sedang masih ada juara 2 dan 1. Tapi kenyataan bahwa tim lain dari Indonesia lebih unggul nomor 1 dibanding timku sendiri. Apakah sifat seperti ini picik? entahlah. Yang jelas, presentasi yang aku suguhkan kala itu sangat jujur, sangat berdasar pada fakta, sangat realistis dan implementable. Kenapa? Karena prosesnya aku mulai sejak 2 tahun yang lalu, saat aku mulai terlibat di perusahaan ini. Hasil-hasilnya dinikmati tokoh-tokoh kini, pengembang-pengembang baru, pemain-pemain baru pada SDLC terkini di perusahaan ini. Sedang mereka? Aku ingat sekali bahwa sebagian besar ide yang mereka katakan di slide, adalah perfectly berasal dari Kobayashi. Mereka bisa serinci itu menafsirkan cost, profit, dan nilai-nilai sales yang lain karena pengetahuan Kobayashi. Dan persiapan mereka menyusun slide itu hanya sekitar 2 minggu saja, sedang aku sudah 2 tahun lamanya. Tapi di samping itu, tim mereka memang lebih solid dan mudah di kontrol, jika dibandingkan dengan timku yang lebih idealis dan perfectionist. Sajian mereka lebih well prepared, dan isi presentasi mereka lebih padat. Hanya mungkin, untuk ikhlas mendapat posisi setelah mereka sangat sulit. Walaupun ada kelegaan, bahwa apa yang sudah aku presentasikan tidak akan begitu dimintai pertanggung jawaban, karena memang sudah berjalan dan dirasakan manfaatnya. Lebih baik tidak mendapat juara, tapi sama-sama tahu bahwa mereka tidak lebih baik, daripada harus menyimpan kedengkian kerana fakta berbicara berbeda. Maaf teman-teman, tapi setelah ini aku tidak akan begitu saja mudah menerima kekalahan. Aku tidak selemah itu, dan aku bisa berkontribusi lebih banyak untuk perusahaan. Maaf karena telah iri dengan pencapaian kalian. Semoga hal ini memotivasi untuk menjadi lebih baik.

Aku tahu bahwa Allah tidak serta merta dengan tanpa tujuan membuat kondisi seperti ini, tak lain agar aku semakin dewasa menyikapi sesuatu, berpikir lebih baik dan yang terpenting, bagaimana memenangkan keangkuhan diri, Winning the self-conceit!




... Copy&Paste from another blogs of mine.

Comments


bottom of page